Informasi dalam tulisan ini kemungkinan tidak lagi relevan atau sudah tergantikan dibanding saat tulisan ini diterbitkan.
It’s a brave new world
Saat ini tersedia banyak sekali opsi untuk solusi internet. Kuota fair usage paket Load Speedy sebesar 3GB per bulan yang saya gunakan selalu habis kurang dari seminggu, memaksa saya untuk mulai mencari alternatif yang lebih baik–dan preferably, lebih murah. Dari diskusi dengan beberapa teman, saya melihat Smartfren Connex sebagai pengganti yang cocok.
Berikut tabel harga yang diambil dari masing-masing website provider saat tulisan ini dipublish. Sumber: ini dan ini.
Proyeksi Semester
Untuk lebih meyakinkan diri (dan istri, karena ada biaya tambahan di awal–di luar biaya yang biasa dianggarkan) saya sempat membuat tabel perbandingan seperti di bawah ini.
Provider | Bulan 1 | Bulan 2-6 | Total |
---|---|---|---|
Telkom Speedy (Paket Load) |
Rp324.500† | Rp1.947.000 | |
Smartfren Connex (s/d 3.1Mbps) |
Rp544.000‡ | Rp150.000 | Rp1.294.000 |
Smartfren Connex (s/d 768kbps) |
Rp544.000‡ | Rp90.000 | Rp994.000 |
† + PPN 10% — ‡ Gratis koneksi bulan pertama, lihat rincian biaya.
Saya berencana menggunakan opsi Connex s/d 3.1Mbps yang dalam 6 bulan bisa menghemat biaya internet menjadi hanya dua pertiga dari biaya yang normalnya dikeluarkan. Bahkan opsi Connex s/d 768kbps yang di atas kertas masih lebih baik dibanding paket Load Speedy yang saya gunakan bisa memotong biaya internet sampai separuh.1
Keputusan dibuat. Saya lalu mengunjungi Plasa Telkom untuk memutuskan langganan Speedy yang sudah dipakai lebih dari 2 tahun itu, namun memastikan sebelumnya koneksi baru dengan Smartfren berjalan lancar, yang proses selengkapnya bisa dibaca di bawah ini.
Making the switch
Modem Smartfren saya dapatkan dari sebuah toko komputer di Palembang Square yang langsung saya aktifkan begitu sampai di rumah. Setelah sekitar satu jam penggunaan, suhu modem ternyata sudah super panas. Saya sempat mencabutnya dari port USB dan menggunakannya untuk memijat leher dan pundak—panasnya enak. 😀
Permasalahan modem yang sangat cepat panas ini sebetulnya sudah saya ketahui sebelumnya dari pengalaman seorang sahabat. Keluhan mengenai hal ini juga banyak terdapat di beberapa forum. Terinspirasi dari modem milik sahabat inilah saya mencari dua heatsink chipset dari mainboard yang tidak terpakai dan membuat sebuah sandwich modem. Hasilnya, modem sama sekali tidak panas walau digunakan selama berjam-jam. It’s not even warm to the touch.
Workstation utama sukses menggunakan koneksi baru dari modem ini. Selanjutnya saya harus mencari cara agar koneksi ini bisa dibagi ke seluruh rumah—total dua desktop, dua notebook, satu tablet, tiga ponsel, dan dua line cadangan. Sebelumnya urusan ini ditangani oleh sebuah router wireless yang sayangnya tidak mendukung koneksi dari modem USB. Sedikit Googling mengantarkan saya pada produk ini. Gak perlu repot-repot pesan, ternyata barangnya ada di sebuah toko komputer lokal, dan untuk mendinginkan router yang harus hidup 24/7 ini–atau setidaknya menjaganya agar tidak terlalu panas–saya membeli sebuah netbook cooler mini. Selesai.
Koneksi modem setelah dipasang di router menjadi sangat tidak stabil. Setiap kali koneksi internet putus, saya melihat status modem di router terbaca “unplugged”. Benar saja, setiap kali koneksi putus lampu modem mati walau tetap tertancap di router. Kecurigaan jatuh pada USB passthrough yang digunakan sebagai power source dua kipas cooler–yang mungkin karena kualitas yang rendah–tidak mampu meneruskan daya yang cukup stabil ke modem. Cooler dicabut sementara untuk menguji teori ini dan modem ternyata bisa berfungsi dengan normal tanpa putus. Saya akhirnya memotong USB passthrough cooler dan menyambungkannya ke sebuah power adapter bekas.2 Cooler sekarang mendapat tenaga langsung dari soket listrik.
Biaya dan alat
Modem Smartfren AC682 | Rp199.000 |
Wireless router TP-Link TL-MR3420 | Rp325.000 |
Cooler portable untuk netbook 10″ | Rp20.000 |
Total | Rp544.000 |
Perlengkapan lain yang digunakan:
- Dua buah heatsink chipset yang tidak terpakai, disatukan dengan dua karet gelang. Sistem pendinginan ini sangat fleksibel (pun intended) karena heatsink bisa dilepas dan dipasang dengan mudah. Berguna untuk mengurangi prejudice dan pertanyaan yang tidak perlu saat modem harus dibawa dan digunakan di tempat umum. 😀
- Power adapter optical drive eksternal yang sudah rusak untuk sumber tenaga kipas cooler. Bisa juga power source maksimal 12V DC lain yang tersedia. Asal port USB di router tidak digunakan untuk apapun selain modem.
- Satu USB extension cord. Bentuk heatsink tidak memungkinkan modem dipasang langsung di belakang router, bersebelahan dengan kabel jaringan dan antena.
Speed test
Saat tulisan ini dipublish, koneksi ini baru digunakan selama kurang lebih 2 minggu. Sejauh ini, saya cukup puas dengan kecepatan yang didapatkan. Saya masih berada dalam periode gratis 30 hari dengan kecepatan s/d 384kbps dan sejauh ini juga kecepatan yang dijanjikan terpenuhi.3
Koneksi Smartfren Connex paling stabil di pagi dan malam hari. Di siang hari, koneksinya sedikit tidak stabil. Grafik transfer rate bisa naik turun dengan titik terendah sekitar 160kbps, namun ini hanya terlihat saat mengunduh file dengan aplikasi seperti IDM. Untuk aktifitas browsing biasa kecepatannya terasa cukup stabil.
Saya merasa optimis akan merasakan peningkatan kecepatan yang baik saat memulai langganan pasca bayar untuk kecepatan s/d 3.1Mbps nanti walau pada kenyataannya mungkin kecepatan itu tidak akan tercapai. It’s yet to be seen dan tulisan ini akan diupdate setelah kecepatan barunya diuji nanti.
Smg lancar jaya selalu koneksi ini.
Speedy memang mayan nguras kantong, pun bagi daku yg cm pake socialia. Cm blm bs ke lain hati krn emang saat ini yg dirasa paling stabil ya cm dia. (Faktor Wireline)
Time will tell. Yang pasti sejauh ini semuanya lancar jaya.
Speedy harus segera menyesuaikan tarifnya karena ratio cost/performance-nya makin jatuh dibanding opsi-opsi lain yang bermunculan. Speedy mungkin lebih stabil, tapi kestabilan koneksi provider lain masih berada sangat baik di dalam batas toleransi yang nyaman–dan akan makin baik oleh kompetisi.
It’s a brave new world.
kalau gue masih pake yang merah mas 😀
Lengkap, serasa baca cnet 🙂
Makasih sir, bisa jadi rujukan kalau2 nak beralih kelain hati 🙂
toko komputer dimana di PS?
Kalau saya sih masih setia pakai 3 di Palembang selain kecepatannya HSDPA dan unlimited lagi gak ada policy FUP hanya dengan 25 ribu saja sudah puas download berpuluh-puluh giga. 🙂
wah, di palembang three sudah HSDPA ? bukannya masih GPRS ?
thx info na, cukup membantu.. hehe..
pantesan situsnya keren, web desainer nih. haha.
btw, artikelnya bermanfaat bro 😀
dengan pendinginan tersebut yang didinginkan hanyalah casing plastik luarnya saja.
casingnya sendiri berbahan plastik yang merupakan isolator panas.
ibarat mendinginkan laptop dengan menempelkan heatsink pada bodi plastiknya, inti yang panas tetap saja panas.
Mas mhn maaf butuh informasi. Mas klo modem smartfren itu bisa dipasang router kah? mohon informasi sekaligus minta tolong jawabannya dikirimkan dke email yg tertera .
terima kasih
Selamat anda telah sabar berjuang memilih info pasar sampai berulang untuk berupaya, kalau sudah banyak mencoba dari bermacam produk tentu lebih pintar , pilih info pemasaran atau Pelayanan yang bisa memberi solusi. Kalau yang kita padang mahal pasti kwalitas handal, kalau ada handalan tentunya ada pilihan juga yang tarip sederhana seperti serupa yang lain . Semua produk Pemula handal yang utama, bagi pesaing iming-iming yang buat ingin coba … kalau udah tahu semua yaa kembali layanan Solotionnya
Akhirnya nemu juga yang puas pake smartfren haha lagi survey kebanyakan dapet yang nggak puas terus :V